Minggu, 31 Maret 2024

Nilai Sebuah Kejujuran

Islam datang di tengah – tengah manusia mengajak kepada kejujuran, baik dalam ucapan atau amalan. Secara fitrah manusia sepakat bahwa kejujuran adalah akhlak yang mulia nan terpuji. Manusia cenderung senang terhadap orang – orang yang jujur, sebaliknya kedustaan, kebohongan merupakan akhlak yang tercela. Manusia merasa tidak aman dengan orang – orang yang senantiasa berdusta.

 

Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum diangkat sebagai rasul, dikenal sebagai orang terpercaya dan jujur. Orang – orang kafir Quraisy mengakui akan kejujuran beliau, sehingga beliau diberi gelar “Al Amiin”.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan memerintahkan kepada para sahabat agar mereka senantiasa diatas kejujuran. Sebagaimana ketika ditanyakan oleh raja Heraklius (Hiroqol), apa yang diajarkan dan diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya? Dijawab : Ia memerintahkan kami melaksanakan shalat, bersikap jujur, menjaga kehormatan dan menyambung silaturahmi. Beribadahlah kepada Allah saja dan jangan menyekutukan kepadanya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan bapak – bapak kalian.

 

Makna dari jujur ialah sesuainya kabar dengan kenyataan. Apabila seseorang mengabarkan sesuatu sesuai dengan terjadinya tanpa dia tambah – tambahkan atau dia kurangi, dia telah berkata jujur. Adapun jujur dalam amalan yaitu seseorang berbuat sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya, dzahirnya sama dengan batinnya. Maka orang yang beribadah dengan ingin dilihat orang lain, tidaklah jujur dalam amalannya.Karena dia menampakkan seakan beribadah dengan ikhlas karena Allah akan tetapi hatinya bertentangan.

 

Kejujuran adalah pangkal dari berbagai macam kebaikan. Betapa banyak muncul kebaikan disebabkan dari kejujuran. Terjalinnya silaturahmi, saling percaya, amanah senantiasa terjaga, dan yang lainnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). apabila Telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). tetapi Jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad : 21)

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu : “sesungguhnya kejujuran menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan menghantarkan menuju surge. Sesungguhnya seorang dia berkata jujur, sehingga dicatat disisinya sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan menghantarkan kepada kejelekan dan kejelekan menghantarkan kepada neraka. Sungguh seorang berdusta sampai Allah catat dia sebagai pendusta.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Dari kejujuran timbul rasa tenang, karena orang yang jujur tidak pernah menyesal. Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menyelamatkan orang yang jujur dengan kejujurannya, sehingga kita dapatkan orang – orang yang jujurdalam keadaan tenang tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi. Dikarenakan dia telah melakukan sesuai dengan yang semestinya dan jujur, baik dalam ucapan atau perbuatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya kejujuran adalah ketenteraman dan dusta adalah kebimbangan.” (HR.Tirmidzi, dishahihkan oleh syaikh Al Albani)

 

Nilai kejujuran didalam syariat sangatlah agung. Allah subhanahu wa ta’ala membalas kejujuran dengan ganjaran yang besar. Dalam ayatnya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

 

Namun yang sangat disedihkan, kejujuran menjadi sesuatu yang langka ditengah – tengah manusia. Tidaklah didapatkan orang yang jujur kecuali segelintir dari kalangan mereka. Adapun kedustaan menjadi sesuatu yang ringan, menyampaikan kabar tidak sesuai dengan kenyataannya. Kadang dilebihkan kadang dikurangi, bahkan jauh dari kenyataan.

 

Padahal Allah subhanahu wa ta’ala memposisikan orang – orang yang jujur derajat kedua setelah para nabi dan rasul.Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan orang – orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah dengan jalan yamg lurus. Mereka – mereka yang engkau berikan kenikmatan dari kalangan para nabi, orang – orang jujur, orang yang mati syahid, dan orang – orang yang shaleh, mereka – merekalah sebaik – baik teman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An Nisaa : 69).

 

Abu Bakr ash Shiddiq radhiyallahu’anhu adalah manusia paling jujur diantara para shiddiqin, sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang paling utama. Beliau membenarkan kabar yang datang dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tanpa keragua. Sehingga beliau diberi gelar ash shiddiq. Beliau senantiasa jujur dalam ucapan dan perbuatan.

 

Barangsiapa yang ingin mendapatkan keutamaan sebagaimana yang telah didapatkan oleh Abu Bakr ash Shiddiq radhiyallahu’anhu, baginya untuk bersifat jujur. Hendaklah kejujuran menjadi perangai yang ada pada seorang muslim. Jadilah kiya termasuk orang – orang yang jujur. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At Taubah : 119).

 

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufiq kepada seluruh kaum musliminvuntuk bersikap jujur dalam ucapan dan amalan, Allahumma Amiin.

 


 

 

 

Tidak ada komentar:
Write komentar