Zakat Fithri hukumnya wajib berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
أَنَّ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ
زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّا سِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat
fithri (pada bulan Ramadhan kepada manusia)“[ Hadits Riwayat Bukhari 3/291 dan
Muslim 984]
Orang yang wajib mengeluarkan Zakat fithri adalah kaum
muslimin, anak kecil, dewasa, laki-laki, perempuan, orang yang merdeka maupun
hamba sahaya. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu
‘anhuma.
فَرَضَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرِ أَوْ صَاعًأ مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ
وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالأُنْشَ وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat
fithri sebanyak satu sha kurma, atau satu sha gandum atas hamba sahaya dan
orang yang merdeka, kecil dan dewasa dari kalangan kaum muslimin“[Hadits
Riwayat Bukhari 3/291 dan Muslim 984]
Ukuran zakat fithri setiap orang adalah satu sha’ kurma
kering, atau anggur kering, atau gandum, atau keju, atau makanan pokok yang
menggantikannya, seperti beras, jagung, atau lainnya. Hal ini berdasarkan hadis
dari Abu Sa’id Radhiyalahu ‘anhu,
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا
نُخْرِجُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ
الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ وَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ وَكَانَ طَعَامَنَا
الشَّعِيرُ وَالزَّبِيبُ وَالْأَقِطُ وَالتَّمْرُ
“Dari Abu Sa’id Radhiyalahu ‘anhu, dia berkata : “Kami
dahulu di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari fithri
mengeluarkan satu sha’ makanan”. Abu Sa’id berkata,”Makanan kami dahulu adalah
gandum, anggur kering, keju, dan kurma kering.” [HR Bukhari, no. 1510.]
Zakat fithri diberikan kepada orang-orang miskin,
berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.
فَرَضَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً
لِلْمَسَاكِيْنِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat
fithri, pensuci bagi orang yang puasa dari perbuatan sia-sia, yang jelek dan
(memberi) makanan bagi orang miskin“[Hadis Riwayat Abu Dawud 1622]
Zakat fithri ditunaikan sebelum shalat idul fithri dan tidak
boleh ditunaikan setelah shalat idul fithri. Hal ini berdasarkan hadis dari Ibnu
‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ
زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri untuk
menyucikan orang yang berpuasa dari perkara sia-sia dan perkataan keji, dan
sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum
shalat (‘Id), maka itu adalah zakat yang diterima. Dan barangsiapa
menunaikannya setelah shalat (‘Id), maka itu adalah satu shadaqah dari
shadaqah-shadaqah“. [HR Abu Dawud, no. 1609; Ibnu Majah, no. 1827, dan
lain-lain].
Nafi’ berkata:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ
يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ
“Dan Ibnu ‘Umar biasa memberikan zakat fithri kepada orang-orang
yang menerimanya, mereka itu diberi sehari atau dua hari sebelum fithri“. [HR
Bukhari, no. 1511; Muslim, no. 986].
Allahu A’lam
Tidak ada komentar:
Write komentar