Hendaknya seorang guru menyayangi muridnya dan memeperlakukan mereka seperti anak sendiri. Tidak mencari upah dalam mengajarkan ilmunya kepada mereka. Tidak mengharap pujian dari manusia, namun mengharap wajah Allah saat mengajarkan ilmunya. Tidak memandang dirinya berjasa kepada muridnya. Memandang muridnya sebagai orang yang mempunyai keutamaan karena telah menyiapkan hati mereka untuk ditanami ilmu.
Hendaknya seorang guru tidak pelit dalam menasehati muridnya.
Memperingatkan muridnya dari akhlak buruk dengan bahasa yang halus sebisa
mungkin, bukan dengan menjelek-jelekannya atau menasehatinya dengan bahasa yang
kasar, karena hal itu bisa merusak kewibawaan seorang guru.
Hendaknya seorang guru memperhatikan kemampuan pemahaman dan
kadar kecerdasan muridnya. Tidak menyampaikan kepada muridnya apa yang belum
dia pahami dan belum dia kuasai oleh akalnya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, ‘’Aku
diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan akal
mereka.’’ (HR. Ad Dailami, dengan sanad sangat dhaif)
Al Bukhari meriwayatkan bahwasannya Ali bin Abi Thalib
berkata, ‘’Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah
kalian mau apabila Allah dan RasulNya didustakan?’’
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwasannya
beliau berkata, ‘’Kamu tidaklah menyampaikan sesuatu kepada sebuah kaum yang
belum terjangkau oleh akal mereka, kecuali pembicaraan tersebut akan menjadi
fitnah bagi Sebagian dari mereka.’’
Hendaknya seorang guru mengamalkan ilmunya. Perkataannya
tidak mendustakan perbuatannya. Mengajarkan kepada muridnya dengan perbuatannya
yang baik. Berusaha menjadikan dirinya suritauladan untuk muridnya. Merasa
takut dengan keburukan akan menimpanya karena tidak mengamalkan ilmunya.
Allah subhanahu wataala berfirman, ‘Mengapa kalian
menganjurkan orang lain untuk berbuat baik, sedangkan kalian melupakan diri
sendiri, padahal kalian membaca kitab suci? Tidakkah kalian berpikir?” (QS.
Al-Baqarah : 44)
Ali bin Abi Thalib berkata, ‘’Keburukan dan malapetaka
menimpaku karena dua orang: orang berilmu yang melanggar dan orang bodoh yang
rajin beribadah.’’
Allahu A’lam
Tidak ada komentar:
Write komentar