Kamis, 16 Februari 2023

Bisikan Setan Kepada Para Pendakwah

Ketika kita mulai mengajak orang-orang ke jalan agama dengan menyebarkan tulisan nasihat atau video nasihat. Tidak sedikit dari mereka yang tenggelam dengan perbuatan dosa berubah menjadi baik. Hal ini tentu membuat setan geram dan berusaha untuk menghentikan yang sedang kita kerjakan. Karena memang dasarnya setan ingin menyesatkan manusia.

 

Diriwayatkan dari Sabrah bin Abi Fâkih berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya syaitan duduk untuk menghalang-halangi seorang anak Adam dari berbagai jalan. Syaitan duduk menghalangi jalan untuk masuk Islam. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu masuk ke dalam Islam dan kamu tinggalkan agamamu, agama bapak-bapakmu dan agama nenek moyangmu?’ Anak Adam tersebut tidak mentaatinya, kemudian dia masuk Islam. Kemudian syaitan pun menghalangi jalan untuk berhijrah dan dia berkata, ‘(Apakah) kamu akan berhijrah dan kamu meninggalkan bumi dan langitmu? Sesungguhnya perumpamaan orang yang berhijrah adalah seperti kuda yang diikat dengan tali. Kemudian anak Adam tesebut tidak mentaatinya dan terus berhijrah. Kemudian syaitan duduk untuk menghalangi jalan untuk berjihad. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu akan berjihad? Jihad itu adalah perjuangan dengan jiwa dan harta. Engkau berperang, dan nanti kami terbunuh, istrimu akan dinikahi (oleh orang lain) dan hartamu akan dibagi-bagi.’ Kemudian anak tersebut tidak mentaatinya, kemudian terus berjihad.” Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka Allâh berkewajiban untuk memasukkannya ke dalam surga.’’ (HR. An-Nasaai no. 3134. Hadits ini dinyatakan shahiih oleh Syaikh Al-Albani)

 

Setan melancarkan tipu muslihatnya kepada para pendakwah dengan bisikan meninggalkan dakwah dan fokuslah mencari nafkah. Maka terbayanglah kebutuhan keluarga dari mulai tempat tinggal, makanan, pakaian, sampai biaya sekolah anak. Karena bisikan ini tidak sedikit para pendakwah meninggalkan dakwahnya lalu disibukan dengan bisnisnya, namun banyak juga yang istiqomah dalam berdakwah.

 

Sebenarnya berdakwah dan mencari nafkah bisa dilakukan secara bersamaan, asalkan tujuan mencari nafkan bukan untuk memperkaya diri. Para salaf terdahulu bekerja mencari nafkah hanya untuk mencukupi kebutuhannya dan agar tidak meminta-minta kepada manusia. Sehingga masih ada waktu untuk berdakwah.

 

Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam wafat, umat sepakat mengangkat Abu Bakar untuk menjadi Khalifah. Di tengah kesibukannya untuk mengurusi kaum muslimin, ia juga tetap menjalankan aktivitas sebagai pedagang. Sampai suatu ketika, Umar bin Khattab menghampirinya dan menanyakan: “Mengapa engkau masih berdagang, sedangkan sekarang engkau sudah menjadi Amirul Mukminin?” Abu Bakar pun menjawab bahwa ia perlu untuk menafkahi keluarganya.

 

Muhammad bin sirrin, said bin musayib, abu hanifah dan para ulama lainnya, mereka masih bisa berdakwah sambil mencari nafkah dengan berdagang. Tentunya hal ini sebagai contoh bahwa berdakwah tidak serta-merta menjadikan seseorang tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya.

 

Allahu A’lam




Tidak ada komentar:
Write komentar