Minggu, 31 Maret 2024

Wujud Kecintaan Kepada Rasul

Perkara yang wajib bagi kaum muslimin, menjadikan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam sebagai panutan suri teladan bagi mereka. Meyakini bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam adalah orang yang menyampaikan syariat dari Allah subhanahu wa ta’ala, tidak ada yang diikuti oleh kaum muslimin kecuali Rasul Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Inilah makna dari kalimat syahadat “Bahwa Muhammad utusan Allah”. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam suri teladan yang baik bagi umat ini, mengajak kepada segala bentuk kebaikan dan ketaatan.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (Al Ahzab : 21)

 

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam orang yang paling utama untuk kita cintai, bahkan lebih diutamakan dari kecintaan kita terhadap diri kita sendiri. Umar ibnu Khaththab radhiyallahu’anhu pernah mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai utusan Allah, engkau adalah orang yang paling aku cintai setelah diriku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Belum wahai Umar, sampai engkau jadikan Aku lebih engkau cintai dibandingkan dirimu sendiri. Kemudian Umar ibnu Khaththab radhiyallahu’anhu menjawab: “Sekarang wahai Rasulullah, Engkau lebih aku cintai dibandingkan diriku sendiri. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: “Sekarang wahai Umar, engkau telah mencintaiku.”

 

Dalam hadits yang lain, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dia cintai dibandingkan orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.”(HR Bukhari dan Muslim)

 

Banyak di kalangan kaum muslimin yang mengaku cinta terhadap Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, namun bagaimanakah wujud kecintaan terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam? Apakah dengan hanya memperbanyak sholawat kepadanya? atau dengan menyebut – nyebut namanya?

 

Wujud kecintaan yang benar kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan mentaati dan mengikuti. Oleh karena itu makna Muhammad utusan Allah adalah membenarkan apa yang beliau kabarkan, mentaati mentaati apa yang beliau perintahkan, menjauhi segala apa yang beliau larang dan tidak beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala kecuali dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

 

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr : 7).

 

Ketaatan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam adalah ketaatan yang mutlak. Maknanya tidak boleh bagi kaum muslimin untuk tawar menawar apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam didalam agama. Tidak ada lagi bagi mereka kecuali melaksanakannya.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  “Dan tidaklah pantas bagi laki – laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Al Ahzab : 36)

 

Dari bentuk kecintaan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam adalah: 

 

Ø    Melaksanakan sunnah – sunnahnya, karena tidaklah yang beliau ajarkan kecuali kebenaran dan petunjuk dari allah subhanahu wa ta’ala. Melaksanakan ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, dari ibadah sholat, zakat, puasa, haji, berwudhu, berdzikir dan ibadah – ibadah lainnya. 

 

Ø    Tidak mengada – adakan perkara yang baru didalam agama ini dan keluar dari apa yang telah beliau ajarkan. Karena siapa saja yang melakukan sesuatu yang baru di dalam agama ini dan tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam maka amalan tersebut tertolak. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menegaskan dalam sebuah hadits, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahuanha, Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam bersabda: :”Barangsiapa yang mengada – adakan dalam urusan kami ini yang bukan darinya maka perkara itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Wahai kaum muslimin buktikanlah kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan mengikutinya, mencukupkan dengan sunnahy – sunnahnya. Dengan itulah kita telah mewujudkan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

 

Tidaklah Allah dan RasuNya menginginkan diri kita kecuali taat kepada keduanya, karena Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam hanya sebagai penyampai dan pembawa syariat dariNya.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang. (At thagabun : 12)

 

Buktikan dengan cinta terhadap sunnah – sunnahnya, berusaha untuk mengamalkannya, berakhlak dengan akhlak Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang mulia, membela diri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, juga membela kehormatan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan orang – orang yang beliau cintai diatas kebenaran.

 

Sehingga kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bukanlah kecintaan yang kosong, hanya pengakuan semata, banyak dari manusia mengaku cinta terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, namun tidak dibuktikan denga hal – hal yang telah dijelaskan, bahkan melakukan perkara – perkara yang bertentangan dengan pengakuan mereka, terjatuh dalam berbagai macam kebidahan, mencela hadits – hadits, dan keterangan yang datang dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, mendustakan dan tidak meyakininya, padahal kabar itu datang dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

 

Ketahuilah! Keselamatan dan kebahagiaan ada dengan mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam dan membenarkan berita darinya. Sementara kebinasaan dan kesengsaraan dengan memaksiati dan melanggar perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam serta mendustakan beritanya.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Al ‘Araf : 158)

 

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Seluruh umatku masuk kedalam surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat berkata: “Siapa yang enggan wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Barang siapa yang mentaatiku akan masuk surga dan yang memaksiatiku dia enggan masuk kedalam surga.”

 

Imam Malik rahimahullah berkata; “Sunnah itu seperti perahunya nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya maka selamat dan barang siapa berpaling darinya maka dia akan tenggelam (binasa).”

 

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada kita semua, memberikan pertolongan untuk melaksanakan sunnah - sunnahnya shallallohu’alaihi wasallam.

 


Tidak ada komentar:
Write komentar