Kamis, 12 Oktober 2023

Ziarah Makkah

1. Masjid Haram

 

Di antara keistimewaan Masjidil Haram

 

Masjid pertama yang dibangun di atas muka bumi, yakni Baitullah al-‘Atiiq

 

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

 

 “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. ( QS. Ali Imran : 96)

 

Allah juga berfirman :

 

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

 

“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua/ lama itu (Baitullah)’. (QS. Al-hajj : 29)

 

Al-Ka’bah disebut dengan al-‘atiiq (tua/ lama) karena ia adalah rumah Allah yang tertua, yang pertama kali dibangun.

 

Pahala shalat di Masjidil Haram lebih utama 100ribu kali lipat dibanding shalat di masjid-masjid lain di seluruh permukaan bumi. Sebagaimana hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam yang diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu ‘anhu :

 

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيْمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَ صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ

 

Artinya : “Shalat di masjidku ini (Al Masjid An-Nabawi) lebih utama seribu kali lipat dari masjid selainnya kecuali Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100 ribu kali lipat (HR. Ahmad No. 15271 dan Ibnu Majah No 1406, hadist ini dishahihkan oleh al-Mundziri, al-Bushiri, dan al-Albani di al_irwaa 4/146).

 

Masjidil Haram merupakan salah satu dari 3 masjid yang dianjurkan untuk bersafar mengunjunginya untuk beribadah di situ karena ada keberkahannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :

 

لَا تَشُدُّ الرِّحَالَ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

 

Artinya : ” Janganlah kalian mempersiapkan perjalanan (bersafar), kecuali ke salah satu dari tiga masjid berikut : masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha.” (HR. Muslim No. 827).

 

2. Ka’bah

 

Ibnu Katsir berkata yang artinya :

 

“Ka’bah adalah matsaabah yaitu Allah menjadikan ka’bah sebagai tempat yang dirindukan dan dikangenkan oleh ruh-ruh manusia, dan mereka tidak akan pernah puas meskipun selalu ke Ka’bah setiap tahun. Tidak ada yang pernah merasa puas untuk hanya sekali melihat Ka’bah, justru sebaliknya, semakin seseorang ke Ka’bah diapun semakin rindu untuk kembali lagi.

 

Sejarah pembangunan Ka’bah

 

Ka’bah telah mengalami beberapa kali pemugaran, sejarah mencatat sudah 4 pemugaran yang paling terkenal, yaitu :

 

Pertama : Pembangunan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang dibantu putranya Ismail ‘alaihis salam. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa bentuk Ka’bah tatkala pertama kali dibangung oleh nabi Ibrahim adalah bentuk Ka’bah sebelum dipugar oleh kaum Quraisy, yaitu Berupa susunan batu tanpa ada semacam semen yang melengketkan susunan batu-batu tersebut, Hijir Ismail masuk dalam bangunan Ka’bah dan Ka’bah tersebut tidak memiliki atap, Pintu Ka’bah ada dua, yaitu pintu masuk dan pintu keluar.

 

Kedua : Pembangunan yang dilakukan oleh kaum Quraisy yaitu tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia 35 tahun (5 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi). Pada masa ini, pembongkaran Ka’bah diprakarsai oleh al-Walid ibnul Mughirah. Semua batu Ka’bah diganti dengan batu yang baru kecuali Hajar Aswad.

 

Pada masa pembongkaran ini, salah seorang dari kaum Quraisy mengingatkan dan berkata “Wahai kaum Quraisy sekalian, janganlah kalian menggunakan biaya untuk membangun Ka’bah kecuali dari penghasilan yang baik. Jangan sampai di dalamnya ada hasil zina, hasil jual beli riba, dan hasil sebab telah mendzhalimi seseorang.”.

 

Hal inilah yang menyebabkan kaum Quraisy kekurangan biaya tatkala membangun Ka’bah karena mereka hanya membangun Ka’bah dengan uang yang halal, akhirnya mereka tidak mampu membanguna Ka’bah dengan sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut terlihat dari Hijr Ismail yang tidak sempurna. Inilah sebab mengapa orang yang sedang melakukan thawaf tidak boleh masuk Hijr Ismail. Siapapun yang thawaf memasuki Hijr Ismail berarti thawafnya tidak sah, karena dia belum mengelilingi Ka’bah secara sempurna.

 

Pada masa ini Ka’bah ditinggikan yang awalnya tinggi Ka’bah  9 hasta (kira-kira 4 atau 4,5meter) ditambah 9 hasta lagi menjadi 18 hasta (8-9 meter) dan pintu Ka’bah diangkat menjadi lebih tinggi sehingga tidak menempel lagi di tanah. Diantara tujuan peninggian pintu Ka’bah adalah :

 

1. Untuk memperkuat pondasi Ka’bah dan agar tidak terkena banjir saat hujan

 

2. Agar tidak semua orang bisa masuk Ka’bah. Bagi yang ingin masuk Ka’bah, harus minta izin terlebih dahulu kepada orang-orang Quraisy.

 

Ketiga : Pembangunan Ka’bah oleh Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘anhu. Bangunan Ka’bah versi Abdullah bin az-Zubair ini adalah sesuai dengan cita-cita Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang disampaikan oleh Nabi kepada Aisyah radhiallahu ‘anha. Cita-cita Nabi tersebut disampaikan Aisyah kepada keponakannya yang bernama Abdullah bin Zubair bahwasannya :

 

1. Ka’bah dibangun sempurna sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, sehingga al-Hijr masuk dalam bagian Ka’bah

 

2. Pintu yang dinaikkan oleh Quraisy diturunkan kembali dan disejajarkan dengan tanah

 

3. Pintu dibuat dua, pintu yang seperti posisi sekarang, dan juga pintu di posisi yang berlawanan (belakang Ka’bah), sehingga ada pintu buat masuk dan pintu buat keluar.

Versi yang dibangun Abdullan bin Zubair merujuk kepada cita-cita Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai berikut :

 

1. Ka’bah yang tadinya setinggi 18 hasta ditambah 10 hasta sehingga menjadi 28 hasta

 

2. Al-Hijr semuanya dimasukkan ke dalam bagian Ka’bah, jadi Kab’bah bertambah panjang 5 hasta ke arah al-hijr

 

3. Pintu Ka’bah yang sebelumnya tinggi (karena ditinggikan oleh kaum Quraisy) dan hanya ada satu, maka Abdullah bin Zubair kemudian membuat dua pintu yaitu pintu masuk dan pintu keluar dan kedua pintu tersebut diturunkan hingga di tanah. Sehingga orang-orang bisa masuk dan keluar Ka’bah tanpa berdesakan.

 

Disebutkan bahwa Abdullah bin Zubair  yang pertama kali membuat atap untuk Ka’bah (Fathul Baari 7/147)

 

Ke-empat : Pembanguna Ka’bah oleh al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqofi atas perintah Abdul Malik bin Marwan. Setelah Abdullah bin Zubair meninggal, maka Al-Hajjaj bin Yusuf mengembalikan bentuk Ka’bah sebagaimana sediakala, hanya saja yang dibiarkan adalah penambahan tinggi Ka’bah yang telah dilakukan oelh Abdullah bin Zubair. Jadilah Ka’bah yang sekarang ini adalah renovasi dari al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqofi atas perintah Abdul Malik bin Marwaan.

 

Para ulama menyebuatkan bahwa khalifah Harun ar-Rasyid bertanya kepada Imam Malik bin Anas tentang bagaimana kalau beliau meruntuhkan Ka’bah dan merenovasinya kembali sesuai dengan yang dibangun Abdullah bin Zubair berdasarkan hadist nabi tentang hal itu.

 

Imam Malik rahimahullah berkata yang artinya : ” Aku memintamu karena Allah wahai Amirul mukminin, janganlah engkau menjadikan Ka’bah ini seperti mainan para raja. Jika ada di antara mereka yang berkehendak, maka ia akan meruntuhkan Ka’bah lalu membangunnya kembali. Akhirnya keagungan Ka’bah akan hilang dari dada-dada manusia.” (al-minhaj Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi 9/89)

 

Bagian-bagian Ka’bah

 

 

1. Hajar Aswad

 

Hajar Aswad adalah batu yang turun dari surga, dan warnanya pada asalnya lebih putih dari susu, maka dosa-dosa bani Adam telah menjadikannya hitam.

 

Meskipun Hajar Aswad adalah batu yang turun dari surga namun ia tidak bisa memberi manfaat dan juga mudorot. Sebagaimana Umar bin Khottab berkata yang artinya :”Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar tahu bahwasannya engkau hanyalah batu, engkau tidak memberi mudhorot dan juga manfaat. Dan kalau bukan karena aku melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengusapmu maka aku tidak akan mengusapmu.” (HR al-Bukhari no 1605 dan Muslim no 1270)

 

Siapapun yang mampu untuk mencium Hajar Aswad ketika thowaf maka itu yang terbaik sebagaimana Nabi menciumnya. Namun jika tidak bisa mencium maka bisa mengusap Hajar Aswad dengan tangannya lalu mencium tangannya atau mengusapnya dengan sesuatu yang ia bawa lalu ia mecium sesuatu tersebut. Jika tidak mampu lagi maka cukup memberi isyarat dari jauh. Sebagaimana Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata yang artinya : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam thowaf di Ka’bah di atas onta, setiap kali beliau melewati hajar aswad maka beliau memberi isyarat kepada hajar aswad dan bertakbir.” (HR al-Bukhari no 1612)

 

2. Pintu Ka’bah

 

3. Al-Mizab / المِيْزَابُ (talang air di atap Ka’bah) adalah talang air yang berada di atas Ka’bah sisi Al-Hijr. Fungsinya adalah membuang air yang terkumpul di atap Ka’bah.

 

4. Asy-Syaadzarwan / الشَّاذَرْوَانُ Yaitu penopang yang berada di bagian bawah Ka’bah untuk menjaga kekokohan Ka’bah. Posisinya di 3 sisi Ka’bah keculi bagian sisi Al-Hijr maka tidak ada. Padanya diletakkan gelang-gelang untuk mengikatkan kiswah Ka’bah.

 

Para ulama berselisih apakah Asy-syaadzarwan ini termasuk dari bagian  Ka’bah?,yaitu apakah dasar dari Asy-syaadzarwan ini dibangun di atas pondasi Nabi Ibrahim “alaihis salama? ataukah Asy-syaadzarwan ini bukan bagian dari Ka’bah akan tetapi bangunan tambahan untuk menguatkan Ka’bah, dan Ka’bah (yang batu hitam) itulah yang dibangun di atas pondasi Ibrahim?

 

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahllah berpendapat bahwa Asy-syaadzarwan termasuk dari bagian Ka’bah, karenanya menurut beliau sesiapun yang thowaf sambil naik di atas Asy-syaadzarwan maka thowafnya tidak sah, hal ini karena berarti ia tidak mengitari Ka’bah seluruhnya, karena ada bagian tubuhnya yang masuk ke Ka’bah. Karena namanya thowaf itu adalah seseorang badannya secara keseluruhan harus di luar Ka’bah.

 

Menurut madzhab Hanafiyah, Asy-syaadzarwan bukan bagian dari Ka’bah karenanya jika thowaf di atasnya tetap sah.

 

5. Al-Hijr

 

6. Al-Multazam

 

7. Maqom Ibrahim

 

8. Rukun Hajar Aswad

 

9.  Rukun Yamani

 

Orang yang thowaf disyari’atkan untuk mengusap rukun yamani dengan mengusap rukun yamani akan dihapuskan dosa-dosa. Rukun yamani hanya diusap, tidak dicium dan juga tidak bertakbir tatkala mengusapnya. Jika seseorang tidak bisa mengusapnya maka juga tidak perlu memberi isyarat dari jauh. Ini yang membedakan rukun yamani dengan rukun hajar aswad.

 

Rukun Yamani disebut dengan Yamani karena mengarahkan kepada Negeri Yaman sebagaimana juga disebut dengan Rukun januubi (sudut selatan) karena mengarahkan ke selatan.

 

10. Rukun Syaami, karena mengarahkan ke Negeri Syaam, dan dinamakan juga dengan Rukun Ghorbi (sudut barat) karena mengarakan ke barat.

 

11. Rukun Irooqi, karena mengarahkan kepada negeri Iraq. Dan disebut juga Rukun Syamali (sudut utara) karena mengarahkan ke utara.

 

12. Sitar/ Kiswah

 

3. Gua Tsaur

 

Gua Tsaur adalah gua yang dijadikan tempat persembunyian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamdan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu selama 3hari. Terletak di Jabal (gunung) Tsaur sekitar 4km di sebelah selatan kota Makkah. Ketinggian gunung ini sekitar 748m.

 

Gua Tsuar adalah celah yang berada di atas gunung, semacam batu yang berlobang. Tinggi lobang/ celah tersebut 1.25m. Dari celah inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam gua Tsaur. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam gua ini karena Nabi dan Abu Bakar dalam kejaran kaum Quraisy. Tujuan awal Nabi adalah kota Madinah yaitu kota tempat Nabi akan berhijrah bersama Abu Bakar radhiallahu ‘anhu. Untuk mengelabui kaum Quraisy maka Nabi bersembunyi di Gua Tsaur selama 3 hari.

 

Meskipun Nabi dan Abu Bakar sudah berusaha mengelabui kaum Quraisy dengn strategi bersembunyi di gua Tsaur, namun akhirnya para pasukan berkuda Quraisy, disertai para pencari jejak akhirnya bisa menemukan jejak Nabi dan Abu Bakar. Mereka berada di atas mulut gua. Jika mereka melihat ke bawah saja meski hanya sekejap maka mereka akan menemukan Nabi dan Abu Bakar.

 

Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 :

 

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

4. ‘Arofah

 

‘Arofah terletak sekitar 20km di sebelah timur Masjidil Haram. ‘Arofah adalah tanah yang terbuka, luas dan datar, dengan ukuran sekitar 12km dari utara hingga selatan dan 5km dari timur hingga barat.

 

‘Arofah inilah satu-satunya medan haji yang bukan merupakan tanah haram, adapun lainnya seperti Mina dan Muzdalifah termasuk tanah haram. Di padang ‘Arofah terdapat masjid Namira, namun bagian masjid yang masuk ‘Arofah hanya sebagian kecil saja yaitu bagian belkang masjid. Pada saat wuquf di ‘Arofah jamaah haji harus benar-benar memperhatikan batas-batas ‘Arofah ini agar tidak salah tempat dalam melaksanakan salah satu rukun haji ini, yaitu Wuquf di ‘Arofah.

 

5. Muzdalifah

 

Muzdalifah adalah tempat antara ‘Arofah dan Mina. Muzdalifah diambil dari kata زَلَفَ “Zalafa” yang artinya kembali kepada arti dekat, dikatakan زَلَفَ إِلَيْهِ atau إِزْدَلَفَ إِلَيْهِ artinya mendekat kepadanya.

 

Dinamakan Muzdalifah karena para jamaah haji ketika tiba di Muzdlifah sudah mendekat ke Mina. Atau karena Muzdalifah adalah tempat berkumpul karena الاِزْدِلاَفُ artinya الاِجْتِمَاعُ perkumpulan. Allah menamakan Muzdalifah juga dengan al-Masy’ar al-Haroom.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menamakan Muzdalifah dengan جَمْعٌ (jam’un) karena para jamaah haji manjamak shalat magrib dan isya di Muzdalifah.

 

Nabi bersabda :

 

 وَوَقَفْتُ هَاهُنَا، وَجَمْعٌ كُلُّهَا مَوْقِفٌ

 

“Aku wuquf (berdiam diri) di sini (salah satu tempat di Muzdalifah), dan jam’un (yaitu Mudalifah) seluruhnya adalah tempat wuquf”. (HR Muslim no 1218).

 

Muzdalifah adalah daerah terbuka yang terletak antara Mina dan ‘Arofah. Muzdlaifah masih termasuk tanah haram, sekitar 12km dari Masjidil Haram.

 

Batasan-batasan Muzdalifah sebagaimana disebutkan para ulama sebagai berikut :

 

Batasan al-Muzdalifah adalah antara lembah Muhassir dengan Ma’zamai Arofah (yaitu jalan yang terletak di antara dua gunung yang saling berhadapan yang merupakan terusan dari ‘Arofah) dan kedua batasan tersebut (lembah Muhassir dan Ma’zamai Arofah) tidak termasuk al-Muzdalifah. Dan termasuk al-Muzdalifah seluruh jalan-jalan di antara gunung-gunung baik yang di dalam maupun yang di luar (yaitu baik sebelah kanan maupun sebelah kiri), dan juga gunung-gunung yang masuk dalam batasan tersebut. (Kitab al-Majmuu’, An-Nawawi 8/128 dan al-Mughni, Ibnu Qudaamah 3/376).

 

Jalan al-Ma’zamai adalah jalan antara dua gunung, dan ia dikenal dan ada hingga saat ini. Sekarang adalah jalan untuk pejalan kaki (pedestrian). Ada juga disitu jalan untuk mobil akan tetapi sebelah kanannya. Jalan untuk pejalan kaki yang berujung ke dalam Muzdalifah itulah yang dinamakan jalan al-Ma’zamaini. Maka siapa yang berjalan melewati jalan para pejalan kaki atau melewati jalan mobilmaka telah menjalani sunnah, karena jalan mobil tersebut termasuk bagian dari jalan al-Ma’zamaini. (Syarah Zaad al-Mustaqni’).

 

Di tengah-tengah Muzdalifah adalah Masjid al-Masy’aril Haram, yang dahulunya merupakan lokasi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mabit di Muzdalifah.

 

4. Mina

 

Beberapa pendapat tentang sebab penamaan Mina :

 

1. Karena merupakan tempat berkumpulnya manusia

 

2. Karena darah-darah hewan haji yang dialirkan di situ

 

3. Karena Jibril ketika hendak meninggalkan Adam ‘alaihi salam maka Jibril berkata kepadanya, “Tammni (berangan-anganlah)!”. Adam berkata, “Aku berangan-angan surga”. Maka dinamakanlah Mina karena angan-angan Adam ‘alaihis salam”.

 

Mina terletak di sebelah tenggara Masjidil Haram dengan batas-batas : Arah barat (arah Makkah) adalah Jumratul ‘Aqobah, Arah timur adalah wadi (lembah) Muhassir, Arah utara dan selatan gunung-gunung, Sedangkan Mina Jadid (Mina Baru) adalah tenda-tenda yang dibangun diluar area Mina, yaitu yang dibangun di area Muzdalifah.

 

6. Gua Hiro

 

Gua Hiro terletak di puncak Jabal Nuur yang terletak di sebelah timur kota Makkah, sekitar 4km dari Masjidil Haram. Tinggi Jabal Nuur sekitar 634m. Letak Gua Hiro sekitar 20m sebelum mencapai puncak Jabal Nuur.

 

Gua Hiro merupakan celah di dekat puncak gunung yang pintunya mengarah ke utara, tinggi celah tersebut 4 hasta dan lebarnya 1.75hasta. Dari atas gua Hiro inilah kita bisa melihat kota Makkah beserta bangunn-bangunannya.

 

Di gua Hiro inilah pertama kali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kalinya menerima wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5.

 

Proses Turunnya Wahyu

 

Sebagaimana disebutkan dalam hadist yaitu Nabi suka bermimpi terlebih dahulu, lalu beliau suka berkholwat (menyendiri) di gua Hiro, lalu baru turun wahyu.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu bermimpi selama 6 bulan, dimana mimpi tersebut benar-benar terjadi. Seringnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bermimpi membuat beliau ingin berkhalwat. Beliau ingin mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih dekat. Beliau kemudian berkhalwat dan bertahannuts (beribadah) di Gua Hiro.

 

Sayyidah ‘Aisyah radhiallahu’anha berkata, yang artinya  : “Wahyu pertama kali turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bentuk mimpi yang benar tatkala tidur. Dan tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bermimpi kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh (Sangat jelas).

 

 

Tidak ada komentar:
Write komentar