Barangsiapa yang merenungi adzab dan siksa di dunia karena dosanya, maka dia akan selalu waspada dengan semua perbuatannya. Dia tidak akan terkecoh dengan kenikmatan yang sedang dia rasakan.
Namun orang yang tidak bisa merenunginya, akan merasa aman
dengan dosanya disebabkan nikmat yang ada pada dirinya. Mereka mengira badannya
yang sehat dan hartanya yang banyak akan menyelamatkan dirinya dari adzab
dunia. Dia tidak menyadari sebenarnya ia sedang disiksa dengan kesehatan dan
hartanya.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bila kamu melihat Allah memberi pada
hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) hal itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib
Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).
Disisi lain, Allah seringkali langsung memperlihatkan adzab
atas dosa-dosa yang dilakukan oleh hambaNya di dunia. Betapa banyak orang yang
mengumbar matanya menikmati padangan yang haram, namun ditutup oleh Allah mata
hatinya. Tidak sedikit orang yang memakan makanan syubhat mengalami kegelapan
dalam hidupnya dan tidak bisa bangun di malam hari untuk merasakan indahnya
munajat kepada Allah.
Utsman An Naisaburi menceritakan, suatu ketika tali
sandalnya putus saat dalam perjalanan melakukan shalat jumat. Dia berhenti
untuk memperbaikinya. Beberapa saat kemudian dia berkata, ‘’ini semua karena
aku tidak mandi untuk shalat jumat.’’
Kita banyak melihat orang yang mengerjakan yang diharamkan agama
dengan harapan mendapatkan kesenangan yang bersifat sementara. Ternyata yang
didapatkan bukan ketenangan, tetapi kesengsaraan selama-lamanya.
Allah subhanahu wataala berfirman, ‘’Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". (QS. Thaha : 124)
Allahu A’lam
Tidak ada komentar:
Write komentar